Cantik itu Butuh validasi? Self-Love talk
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
CANTIK ITU BUTUH VALIDASI?
Pernah ga sih kita merasa insecure dan berpikir kalau kita itu ga cantik, terus bandingin diri sama orang lain, kok "aku ga secantik dia yah?" atau pernah ga sih ada temen tiba-tiba nyeletuk "kok kamu kurusan? kok kamu gendutan? kamu tambah item" dan karena komentar itu kita jadi overthinking. Akhirnya, kamu liat kekurangan kamu terus dan berpaku pada overthinking yang buat kamu merasa ga percaya diri.
Kita juga pernah liat temen kita orang yang cantik banget tapi ga merasa dirinya sendiri cantik, malahan dia suka insecure sama dirinya sendiri. Tapi kita juga liat temen kita yang mungkin ga secantik si A tapi, dia selalu memberikan aura positif dengan percaya diri. Ga perlu menjadi ekstrovert untuk bisa percaya diri, orang introvert juga bisa kok terlihat percaya diri, itu semua terpancar.
Tapi, insecurity itu juga berguna loh agar kita bisa mengubah diri menjadi lebih baik? Betul sekali. Itu kayak jadi awareness buat kita biar jadi lebih baik, lebih tepatnya kita bisa lebih merawat diri, dan memperhatikan kesehatan seperti memakai skincare untuk perawatan kulit, membersihkan diri, makan makanan yang bergizi, tidur yang cukup, semua itu berguna agar kita bisa terlihat lebih sehat dan memancarkan aura positif. Namun terkadang orang juga bisa mengubah insecurity itu menjadi buruk untuk diri mereka, seperti mereka terus-terusan merasa ga pede, ga cantik, atau mereka terobsesi untuk merubah bentuk tubuh dan wajah mereka karena mereka haus validasi dan ingin terus berusaha memenuhi standar kecantikan di mata sosial. Sampai mereka lupa betapa berharga dan uniknya diri mereka sendiri.
Perasaan harus memenuhi standar ini adalah perasaan yang nyiksa banget. Ngomong-ngomong soal merubah bentuk tubuh atau wajah, hal ini punya arti yang sangat luas. Misalnya, apakah ini untuk kesehatan atau sekedar estetika? Apakah ini suatu bentuk kepuasan atau merupakan bentuk penyiksaan yang ga bakal ada hentinya demi memenuhi standar kecantikan sosial? Tak bisa kita serta-merta menghakimi orang-orang yang mengubah bentuk tubuh dan wajah mereka karena mereka punya alasan sendiri yang pembahasannya cukup luas. Ada orang yang memang merubah untuk kesehatan mereka. Tapi yang mau aku highlight disini adalah perasaan haus validasi dan obsesi untuk memenuhi standar kecantikan di mata sosial.
Emangnya standar kecantikan sosial ini begitu berpengaruh bagi sebagian orang? Well, buktinya sangat banyak berpengaruh. Seperti hal yang baru-baru ini menjadi issue. Yap, panggilan "Aura Magrib". Standar kecantikan yang sebagian orang pahami bahwa cantik itu harus putih dan mulus, kalau kulit item itu "ga banget deh". Ini menyedihkan karena terlahir sebagai seorang berkulit sawo matang bagi sebagian orang Indonesia, kemudian di harapkan untuk berkulit putih demi memenuhi standar kecantikan yang dibentuk sosial. Kulit sawo matang yang merupakan orisinalitas orang Indonesia yang hidup di iklim tropis dan terlahir dengan kulit yang indah itu ternyata bukan standar kecantikan. Kita banyak melihat ketidakrelevanan terhadap standar kecantikan yang dibuat sosial.
Kadang ketika kamu bercermin tiba-tiba kamu bilang ke diri sendiri "aku benci idung aku, aku kegendutan, aku ga suka pipiku yang chubby, mataku terlalu besar, gigiku ga rapih, aku terlalu item, alisku jelek banget." Yes, sadar ga sadar kamu baru saja menemukan insecurity kamu. Dan mungkin itu yang kamu ingin ubah dari diri kamu.
Lalu gimana kita harus menanggapi perasaan itu? Memang tidak dapat dipungkiri bahwa insecurity bukan hal yang harus dihilangkan dari dalam diri kita. Insecurity itu punya kegunaan tapi bakal menjadi tombak dua mata bagi kamu kalo kamu gatau gimana cara menanggapinya. Bisa buat kamu lebih baik atau buat kamu merasa buruk. Yang perlu kamu tanamkan ke diri kamu bahwa kamu hanya perlu sehat dan bahagia. Terima kekurangan itu sebagai bentuk orisinalitas kamu, jikalaupun ingin mengubahnya pastikan niatnya yang benar bukan karena ingin memenuhi standar kecantikan yang terus-menerus berubah itu.
Tapi kan kita terkadang bercanda dengan bilang "aku cantik ga?" atau "aku cantik kan?" Tentu saja, memang kita sebagai manusia mau juga kok di puji cantik sama orang lain, apalagi sama orang yang kita sayang. Sebenarnya itu semua tidak masalah dan sah-sah saja selama itu dalam batas yang wajar, karena terkadang kita juga melontarkannya sebagai candaan, yang membuatnya menjadi masalah ketika perasaan itu menjadikan kamu haus validasi dan mempengaruhi cara kamu berpikir tentang apa cantik sesungguhnya.
Kecantikan sesungguhnya itu sesimple kamu bahagia dengan diri kamu apa adanya.
"Eh gapapa bulu mata aku ga panjang, tapi tetap berfungsi kok, toh sampe sekarang ga kemasukan debu dan polusi ke mata."
"Gapapa hidung aku ga mancung, orang indonesia memang punya hidung yang imut, soalnya penelitian bilang kalo bentuk hidung manusia bisa berbeda karena tubuh manusia secara otomatis menyesuaikan diri dengan iklim."
"Kulit aku sawo matang dan aku suka karena itu sama dengan mamaku, sama dengan nenekku, dan sama dengan sebagian orang indonesia."
Kesimpulannya, cantik itu tidak perlu validasi, karena it will never gonna work ketika kamu hanya menginginkan validasi dari orang lain. Standar kecantikan di mata sosial akan terus berubah tergantung setiap orang dan yakinlah kita tidak akan pernah bisa memenuhi standar kecantikan tersebut. The only thing that matter adalah bagaimana kamu merasa cantik dan bahagia. Semua pujian yang orang lain berikan ga akan ada artinya jika bukan hati kamu yang merasa cantik dan bahagia. Vice versa, karena semua hinaan pun ga akan ada artinya jika hati kamulah yang merasa cantik dan bahagia.
To all the girls who struggle with insecurity and try to meet society's beauty standards, you are beautiful and you are loved. 💓
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar